Partisipasi ARS Management sebagai Event Organizer di acara
Pameran Arsitektur Vernakular & Potensi Desa Borobudur 2024
“Srawung Omah Ora Wedi Obah; Lestarikan Budaya, Rangkul Masa Depan”
Situs Brongsongan, Magelang, Jawa Tengah
Magelang, 20 November 2024
Gelaran acara yang diselenggarakan oleh Museum & Cagar Budaya Unit Warisan Dunia Borobudur, di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, terhitung sejak tanggal 11 – 17 November 2024 ini telah berhasil menarik perhatian belasan ribu pengunjung. Tercatat hingga hari terakhir, pada 17 November, total pengunjung kurang lebih sebanyak 13.000 orang, baik dari kota/kabupaten Magelang dan juga dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Acara ini menunjuk ARS Management sebagai mitra pelaksana/event organizer.
Di gelaran acara ini, penonton telah menikmati berbagai acara dari pukul 10.00 – 21.00 WIB, seperti mengikuti workshop kreatif, menonton kesenian rakyat & tari kreasi, menjadi bagan dari talkshow (jagongan warga) dalam berbagai isu tentang warisan budaya, mencicipi kuliner tradisional dari 23 desa di kawasan Candi Borobudur, dan juga mengenal hasil kerajinan kriyanya yang hadir dalam stan-stan pameran. Selain itu, pengunjung juga menikmati pameran bangunan limasan sebagai representasi bangunan bergaya arsitektur vernakular di kawasan Candi Borobudur. Tidak terlewatkan juga, salah satu magnet banyaknya orang tua dan anak yang berkunjung di acara ini adalah terdapatnya wahana dolanan bocah yang seluruh materialnya terbuat dari bambu, seperti jungkat jungkit, ayunan, keterampilan panjatan, dan lain-lain.
Acara ini dibuka pada 11 November 2024 yang diawali dengan kirab budaya dari 23 desa. Kirab ini diikuti 23 desa dengan 20 orang peserta kirab per desa. Titik awal kirab dimulai dari kantor Kecamatan Borobudur menuju situs Brongsongan yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Pembukaan acaranya sendiri dilakukan secara simbolis dengan memotong tumpeng dan memukul kenthongan secara ansambel. Acara ini dibuka oleh Kepala Bagian Umum Museum dan Cagar Budaya, Bapak Brahmantara, ST, MA; Penanggung Jawab Museum & Cagar Budaya (MCB) Unit Warisan Dunia Borobudur bersama dengan Ibu Wiwit Kasiyati, S.S., M.A.; Camat Borobudur, Bapak Subiyanto, SH, MM.; dan Kepala Desa Wringinputih, Bapak Garto. Acara pembukaan juga dimeriahkan oleh penampilan dari Sanggar Tari Joglo Pete, Sanggar Avadana, dan kesenian rakyat Jathilan Lestari Krido Budoyo.
Acara ditutup pada 17 November 2024 dengan simbolisasi pelepasan judul acara yang tertanam di area panggung oleh Ketua Penyelenggara Acara, Bapak Bambang Kasatriyanto, M.I.Kom bersama perwakilan Daya Desa Kawasan Borobudur, Muhammad Jafar Qoir. Seremoni penutupan ditutup dengan tarian flashmob dari para panita yang mengundang seluruh pengunjung untuk berdansa bersama.
Berikut rekap kegiatan harian yang telah dinikmati pengunjung selama acara berlangsung hingga tanggal 17 November 2024, setiap hari dari pukul 10.00 – 21.00 wib;
- Pameran;
- Pameran bangunan limasan; representasi bangunan arsitektur vernakular yang ada di kawasan Candi Borobodur. Salah satu warisan budaya yang juga harus dilestarikan berkait dengan lanskap warisan dunia Candi Borobudur yang tidak hanya pada fisik candi, tetapi juga pada budaya yang ada di kawasannya.
- Pameran kuliner dan kriya; hadir dalam sebuah stan pameran dari 23 desa.
- Wahana Dolanan Bocah; wahana permainan anak yang aman dan nyaman. Seluruh jenis permainannya terbuat dari bambu.
- Workshop Kreatif; berbagai jenis workshop kreatif hasil kreativitas dari para kreator desa, seperti kreasi membuat wayang pohung, melukis di atas gasing, hingga membuat keris janur, dan lain sebagainya. Hadir setiap hari dalam 2 sesi; sesi 1; 10.00 – 12.00 dan sesi 2; 14.00 – 16.00 wib. Workshop ini mendatangkan sekitar 500 siswa-siswi tingkat Sekolah Dasar di Kawasan Borobudur serta kurang lebih 100 peserta dari kalangan umum.
“Ini kali pertama aku mengikuti workshop kayak gini, seru pastinya, seru banget. Apalagi kita berinteraksi sama anak-anak yang ceria, jadi kita ikut ceria juga, happy,” ujar Edi, peserta umum workshop melukis di atas gasing.
Selain Edi, Kahlil, peserta workshop yang sama, juga mengutarakan rasa senangnya bisa mengikuti workshop, “Ini pengalaman yang baru, bermain gasing ternyata bukan sekedar di putar, tapi juga bisa melukis di atasnya, mengekspresikan apa yang kita rasakan hari ini”.
- Jagongan Warga: ruang diskusi interaktif dengan berbagai topik seputar arsitektur vernakular, pelestarian budaya, dan pengembangan potensi desa yang menghadirkan praktisi, ahli, dan akademisi sebagai narasumber dan melibatkan total 10 universitas di Magelang dan DI Yogyakarta sebagai peserta jagongan, yaitu: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Universitas Teknologi Yogyakarta, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Universitas Tidar Magelang, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Tidak ketinggalan juga, hadir perwakilan dari perangkat desa dari 28 desa yang terdiri dari (Kepala Desa, Perwakilan POKDARWIS, Perwakilan BUMDES, Perwakilan Penggiat Budaya Desa, dan Perwakilan Karang Taruna) setiap hari pada 12 – 16 November 2024, pukul 16.00 – 15.30 WIB. Tercatat total peserta jagongan kurang lebih sebanyak 100 orang setiap harinya.
“Melalui talkshow ini, jadi tau kalau dari bangunan limas saja, ternyata banyak sekali keistimewaannya, dari mulai kebudayaan, strukturalnya juga, jadi pembelajaran juga yang pasti menambah wawasan yang lebih luas untuk memahami kebudayaan Jawa,” Ungkap Bintang, Mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah yang juga menjadi peserta Jagongan Warga (Talkshow).
- Pertunjukan Tari Kreasi; hadir sebagai pembuka acara jagongan, setiap hari pada 12 – 16 November 2024, pukul 16.00 wib. Beberapa kelompok tari kreasi yang meramaikan acara ini antara lain: Sanggar Ahmad Dhanom dari Desa Karangrejo, Bengkel Seni Sasana Aji dari Desa Borobudur, dan Sanggar Seni Lemah Urip dari Desa Karanganyar.
- Pertunjukan Kesenian Rakyat; hadir setiap hari pada pukul 19.00 – 21.00 wib yang menghadirkan berbagai jenis kesenian rakyat, seperti jathilan, kobro siswa, topeng ireng dari 9 desa di kawasan Candi Borobodur. Beberapa penampil yang telah menghibur dan menghadirkan suasana meriah acara ini adalah Jathilan Turonggo Seto Lodro dari Desa Wanurejo, Kobro Siswo dari Kelurahan Mendut, Topeng Ireng New Star Rimba Pasuruhan dari Desa Pasuruhan. Pertunjukan ini juga menjadi magnet kehadiran pengunjung.
Pameran ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat, khususnya di kawasan Borobudur, akan pentingnya melestarikan rumah limasan sebagai bagian dari identitas budaya lokal. Lebih dari itu, acara ini juga mengenalkan potensi desa-desa di sekitar Borobudur, yang tidak hanya memiliki kekayaan budaya, tetapi juga memiliki daya tarik pariwisata yang perlu diperkenalkan lebih luas. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam berbagai kegiatan, acara ini menjadi momentum penting untuk menghubungkan budaya tradisional dengan pengembangan ekonomi berbasis budaya. Melalui acara ini, diharapkan masyarakat Borobudur semakin menyadari potensi besar yang dimiliki oleh daerah mereka, baik dari sisi arsitektur, kuliner, hingga pariwisata.
Informasi lebih lanjut mengenai rekap kegiatan yang telah berlangsung, pengunjung dapat mengunjungi situs resmi Museum & Cagar Budaya Unit Warisan Dunia Borobudur atau mengikuti akun media sosial @konservasiborobudur dan @ars.management.